adsense

Selasa, 15 Oktober 2013

Selama ini aku berharap... Harapan itu semakin mendekat, Namun kini tiba-tiba saja menghilang

10 Oktober 2013
Hanya sebuah perkara kecil, membuat chattingan malam hariku semakin menggelegar. Aku tidak takut, karena menurutku hal itu sudah biasa aku jalin dengannya. Bercanda, bertengkar.. hal wajar saja menurutku, tidak ada yang perlu dihebohkan.
Temanku sering mengandalkan sosok dia ketika temanku melihat aku letih, tak bersemangat.. meskipun dia bukan siapa-siapaku, tapi temanku juga percaya jika dia dekat denganku, mampu menghilangkan rasa galauku.
Setiap pagi, aku selalu dibantu temanku untuk menyapa lewat jendela kusam disampingku bangku kelasku. Temanku membantuku.. mungkin agar hariku semakin bersemangat. Dia tersenyum, tapi apa yang aku lakukan, bodoh! Aku tak kuat untuk membalas senyumnya, itu hanya senyuman.. bukan panggilan sayang, tapi aku menyianyiakan hal itu. Aku tidak berani membalik muka kehadapannya, apalagi membalas senyumannya.
Ah, itu aku. Bodoh sekali, menyianyiakan hal sekecil itu, yaaah walaupun sederhana, tapi itu memang bisa memberi semangat tersendiri bagi hariku.
Saking bodohnya saat itu, aku sekarang menyesal.
Menyesal sekali, bagaimana tidak? Hal sesederhana itu selalu saja aku sia-siakan. Karena mungkin saat itu aku tidak memikirkan kedepannya, aku selalu memikirkan yang sekarang terjadi. Iya, memang saat ini aku bahagia sekali, mempunyai sosok penyemangat seperti dirinya, mampu meredakan tangisku, mengubah cemberutku menjadi tawa, mengajakku bercanda. Namun sekarang… aku rindu, rindu sekali hal itu.
Hanya karena perkara tidak penting, yang selalu aku bahas, pertengakaran yang aneh menurutku.
Hal itu!! Iya, hal itu! Aku benci malam itu, karena keesokan harinya aku tak mampu lagi melihat senyummu, melihat dirimu, merasakan chattingan malam denganmu, berkabar-kabar, berbagi ilmu, berbagi kisah.
Aku rindu hal itu.. sekarang aku tidak lagi menemukan namamu dalam pemberitahuan social mediaku. Pesan singkatku pun tak pernah kamu balas. MENGAPA ? Aku benar-benar rindu hal-hal yang dulu.
Jika ini caranya, aku hampir mengatakan “Aku lelah, aku putus asa, dan aku mundur” Aku tidak kuat jika aku harus memendam rasa ini sendirian, aku tidak kuat jika aku harus menerima kenyataan pahit ini. Inikah cara kamu membunuhku pelan-pelan? Bagaimana tidak? Aku sayang sama kamu, dan yang aku ketahui, kamu juga menerima, merespon, dan mempunyai rasa yang sama (menurutku dan teman-temanku). Lalu tiba-tiba saja kamu menghilang.
Pergi, dan menghilanglah.. tak apa, namun katakan padaku yang sejujurnya mengapa semua ini terjadi, dan harus aku? Maka kamu boleh bahagia, sebahagia mungkinlah, aku tak apa, aku ikhlas, asal pertanyaanku kamu jawab dengan hati nurani, yang jujur…
Aku tidak akan marah, aku tidak akan mendekatimu lagi.
Bahkan aku akan belajar melupakan tentangmu.
Menghapuskan hal-hal indah yang pernah aku dan kamu lakukan, hal bagaimana ketika kamu mengajariku untuk tersenyum, membuatku tertawa.
Titip hatiku, salam pedihku.
Untuk kamu yang saat ini mungkin merasakannya.

AKU HARAP DENGAN ADANYA INI, MENGERTILAH.. MAKA KAMU AKAN KEMBALI TERSADAR :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar