adsense

Selasa, 10 Maret 2020

Surat untuk Tuan

Tuan, terimakasih sekali telah mampir dan menemani hari-hari saya dengan penuh warna. Meski kini warna-warni itu sudah kembali jadi kelabu, karena tuan memberikan sinyal yang buruk kepada saya akan seseorang di masalalu yang tiba-tiba hadir menyapa tuan kembali sehingga membuat lupa tuan akan saya.

Izinkan saya bertekuk meminta maaf padamu karena saya telah berani memasuki ruang hatimu yang sempat kosong tanpa permisi. Sehingga apapun yang terjadi pada kita akan semestinya tersimpan disana, yang pada akhirnya ternyata membuat saya pun terluka.

Tuan memang tidak salah, hanya saya saja yang lekas mengartikan kedekatan kita ini adalah berdasarkan rasa layaknya dua orang telah jatuh cinta. Tapi faktanya, hanya saya saja, tidak denganmu. Jelas, bila rasa ini hadir pada satu pihak saja, pihak lainnya akan mendapati lukanya. Bukan sama-sama jatuh lalu mencinta.

Tapi tuan, saya bersyukur. Karena sempat menjadi tempatmu melepas rindu, tempatmu membuang sampah-sampah kisahmu yang tabu, pun menjadi tempat pengistirahatanmu mencari jati diri yang sebentar lagi akan segera kau temukan.

Lalu, bolehkah kita kembali menjadi teman? Maksud saya, tanpa terngiang bila kita pernah berdua diatas motor menceritakan tentang hari itu. Bisakah kembali berteman dan bergandeng tangan tanpa pernah lagi didasari perasaan? Untuk pertanyaan ini, biar aku saja yang menjawab. Semoga saya lekas mampu. Namun tuan harus membantu saya bahwa saya tak boleh terlalu lelap dalam mimpi saya menjadi seorang kekasihmu.

Ini sulit sekali, saya paham hal ini. Saya juga sudah memikirkan ini sejak jauh hari, dan kejadian-kejadian seperti ini bukan kejadian pertama kali bagi saya. Semoga saja, saya masih ingat bagaimana saya bisa menyembuhkan luka patah hati di masalalalu, selain bertemu dengan tuan. Akan kuingat kembali memori-memori sebelum saya bertatap dengan tuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar